Blank (Chapter 1/?)

BLANK

pizap.com14265886669841

JSHades present

editor: athenakhyunawh

 Troublemaker Story

Ini, bukan kisahku. Aku hanya orang ke 3 diantara mereka, ohh tolong, jangan berfikiran aku ini seorang gadis yang merebut pria gadis lain. Aku Jeon Jiyoon, kakak angkat dari adik laki-laki yang diberi nama Jang Hyeunseung, oleh abeoji yang selama 23 tahun ini telah merawatku di tengah keluarga Jang. Kisah cinta yang menurutku terlalu dramatis, dan cenderung memuakan haha, tidak, aku hanya bercanda, tapi aku serius tentang kisah dramatisnya, dan mungkin cerita tentang romeo dan juliet, titanic atau kisah cinta lainnya masih lebih menyedihkan kisah adikku. Kisah adikku yang mencintai seorang wanita cantik bernama Kim Hyuna.

Aku ingat saat hari dimana Hyunseung tanpa pamit meninggalkan rumah pagi-pagi buta, dan bagaimana wajah lelah Hyuna usai bekerja mencari Hyunseung hingga larut malam.

 

Seoul 3 Februari 2014.

Langit Seoul kala itu sudah gelap, padahal waktu masih menunjukan pukul 3 sore. Aku masih bersama Hyunseung di caffe milik kami. Hyunseung hari ini terlihat begitu berbeda, dia terdiam menatap hampa kearah jendela, sambil memegang handphone berwarna pink yang ku ketahui milik kekasihnya. Handphone miliknya yang tergeletak di meja caffe bergetar, aku masih melihatnya tidak bergeming, hingga handphone itu berhenti berdering. Hingga bergetar lagi, dan dia masih tak menggeser sedikitpun posisinya. Hingga aku tertarik dan menyambanginya.

“Yak! Babbo, ada telfon dari kekasihmu, kenapa kau diamkan saja?” Tanyaku. Aku agak sedikit terkejut, tidak biasanya dia mengacuhkan telfon dari gadis cantiknya.

“Dia hanya minta jemput” Hyunseung berdiri dan bergegas pergi, “Aku jemput Hyuna dulu”

Lagi kulihat ke anehan Hyunseung hari ini, dia tidak tersenyum cerah seperti biasanya dia hendak bertemu dengan kekasihnya itu.

Keesokan harinya. Aku terbangun tepat pukul 8 pagi, waktu yang terlalu pagi untuk membuka caffe. Namun hari ini aku di kejutkan lagi dengan tingkah aneh Hyunseung, tidak biasanya dia sudah berangkat ke caffe sejak jam 7 pagi. Baiklah, itu membuatku bergegas mandi dan menyusulnya.

Dan kalian tahu apa yang ku temukan disana? Caffe masih tertutup rapat dan tidak ada Hyunseung disana. “Huuhh” aku mendengus kesal, menyebalkan, umpatku dalam hati. Aku mencoba menelfon Hyuna untuk bertanya apakah dia bersama Hyunseung atau tidak.

Dan jawabannya adalah tidak, bodohnya aku melupakan kalo Hyuna sedang bekerja, dan yang lebih menghawatirkan lagi, Hyuna bilang, dia tidak menerima kabar dari Hyunseung sejak semalam. Aneh.

Aku dengan cepat mengirim kakao group kepada geng Hyunseung, B2ST. Dan jawaban mereka “Kau mengganggu tidurku noona” atau “tanyakan saja pada Hyuna” atau “mana mungkin Hyunseung bangun secepat itu” yaa logika memang mereka tidak mungkin bersama Hyunseung sepagi ini.

Aku semakin tak mengerti dengan tingkah Hyunseung yang aneh, saat malamnya Hyuna mendatangiku dengan wajah lelah dan menanyakan Hyunseung, “Eonni, apa Hyunseung ada? Mengapa nomornya tidak aktiv seharian?”

“Jeongmal?” Aku tidak percaya sungguh, aku menekan speed dial nomor 3 untuk menelpon Hyunseung, dan yaap, nomornya tidak aktiv.

“Aku sudah bertanya dengan Joon oppa atau Yoseob oppa, tapi mereka bilang kalau kau dan mereka juga mencarinya”

“Apa yang sebenarnya terjadi?” Tanyaku.

Hyuna menunduk, perlahan “Kami bertengkar” Ucapnya pelan, nyaris tidak terdengar, suara yang bergetar membuatku yakin kalau dia sedang memanangis saat ini.

“Apa masalahnya?” Ucapku sambil mengusap pelan bahunya.

Hening, lama Hyuna tidak menjawab, hanya isakan yang terdengar, aku yakin kali ini masalahnya kurasa cukup rumit.

“Molla, mammolla” ucapnya, tangannya terarah menutup wajah lelahnya yang telah basah dengan liquid bening miliknya.

” Hyuna -a kajja, bagaimana kalau kita mencarinya bersama?”

Aku mengendarai mobil civic berwarna Sakura, Putih dan Merah Muda. Wangi vanilla menguar dari pewangi mobil itu, khas Hyuna. Gadis itu masih sibuk dengan air matanya. Sudah hampir 3 jam kami berputar ke semua tempat dimana kemungkinan Hyunseung bisa di temui. Namun tak ada satupun dari mereka yang mengetahui atau disinggahi Hyunseung.

Hyuna semakin histeris, wajah lelahnya begitu terlihat, raut mukanya menampakan penyesalan dan rasa sakit yang amat sangat. Aku tahu ini bukan keinginan Hyuna, dan aku tau ini bukan keinginan mereka. ‘ Hyunseung bersikaplah dewasa dan temui Hyuna mu, dia terlihat sangat berantakan’.

Malam berikutnya, Hyunseung pulang dengan keadaan yang…mhhh cukup mengenaskan.

“Noona” suaranya bergetar, ada jejak air mata di pipinya, “bisakah kau memberikan ini padanya?” Hyunseung menyerahkan sebuah papperbag yang tak kutau isinya apa.

“Apa ini? Dan pada siapa?” Aku membuka papperbag itu dan mengeluarkan isinya, “Ommo” aku melihat lampu tidur yang Hyuna berikan saat aniversarry hubungan mereka, sebuah lampu tidur yang memang Hyunseung inginkan sejak lamaa, dompet kulit berwarna coklat, dengan ukiran Levi’s dan sebuah kertas, yang terawang, dengan tulisan Hyuna. “Kenapa?”

“Katakan saja ini yang terbaik untuknya” Aku tak tahu apa apa, wajah Hyunseung begitu meyiratkan luka. ‘ Hyuna, Hyunseung apa yang sebenarnya terjadi?’ Batinku bergejolak.

“Tapii…”

“Katakan saja apa yang kukatakan padamu”

Hyunseung berlalu begitu saja. Aku ditengah kebimbangan, akhirnya ku putuskan untuk pergi kerumah Hyuna.

Sesampainya di pintu pagar rumah berwarna orange itu, ada rasa enggan untuk mengetuk pintunya, ku putuskan untuk menelfonnya saja.

Setelah beberapa saat~

“Nee eonni ada apa?” Lagi terlihat wajah lelah bercampur kantuk terlihat diwajah putihnya.

“Ini” aku menyerahkan paper bagnya kepada Hyuna. Insting kuat Hyuna seolah mengetahui apa isi dari paper bag itu, Hyuna berjalan mundur, sambil menggelengkan kepalanya. “Tidak eonn, ini milik Hyunseung oppa, kenapa dia mengembalikannya?” Air mata itu lolos dari mata beningnya, aku tahu, raut wajahnya menampakan rasa sakit yang begitu besar, memperlihatkan luka yang sebegitu dalam.

“Dia bilang, ini demi kebaikanmu” Sungguh aku tak tega melihatnya seperti ini, aku tahu dia begitu terluka. Aku wanita bagaimanapun aku merasakan tatapan memohon yang sangat darinya.

Dia masuk kedalam rumah dengan berlari, dan meninggalkanku sendirian, di tengah gelap malam dan kebingungan.

Aku kembali menuju caffe yang sudah hampir di tutup oleh Doojoon. “Mana Hyunseung?” “Ntahlah, dia bergegas pergi tadi” jawab Doojoon. aku meletakan paper bag itu di atas meja dan menaruh kepalaku tepat disampingnya sambil memandang papperbag itu. “Apa yang sebenarnya terjadi diantata kalian?” Gumamku.

Aku mengingat dengan jelas bagaimana aku dan Hyuna memasak dan menghabiskan waktu bersama dirumah Kwonie oppa, mantan kekasihku. Bagaimana kami bercanda beremapat, bagaimana dia dan Hyunseung memisahkan pertengkaran aku dan Kwon, bagaimana dia dan Hyunseung tertidur begitu manis di sofa, atau bagaimana mereka bertengkar kecil, sungguh manis. Tapi apa yang terjadi sekarang ini?

“klening…”

Pintu caffe terbuka, “Maaf caffe sudah tutup” ucapku tanpa menoleh. Tak ada jawaban atau pergerakan. Doojoon yang berada di depan meja kasir tepat di hadapanku, hanya menunjuk sosok yang baru saja masuk dengan dagunya. Membuatku menoleh.

“Ommo Hyuna-a” aku berjalan menghampirinya. Mengenaskan, rambut coklat panjangnya begitu tidak beraturan, matanya yang membengkak, dengan lingkaran hitam di sekitarnya, jangan lupakan, dia hanya menggunakan piama dengan panjang celana sedengkul dan lengannya di atas siku, tanpa mantel di tengah pergantian musim gugur ke musim dingin.

Dia masih terus menangis hingga aku sampai di depannya “bisakah kau memberikan paper bag itu eonni?” Tanyanya dengan bibir yang bergetar sambil menahan tangisannya. Bibir merah yang selalu tersenyum manis itu, kini terlihat sangat pucat.

Aku memberikan aba-aba pada Doojoon yang berada dekat dengan posisi papperbag itu, untuk mengambilnya. Doojoon yang mengerti, langsung beranjak dari tempatnya dan mengambil papperbag itu untuk kemudian di berikan kepada Hyuna.

“Gomawoyo eonni,dan Mianhanata” Ucapnya sambil tersenyum, senyum yang di paksakan. “Aku akan mengembalikan langsung kepada Hyunseung oppa” dia berjalan keluar dari caffe.

Sesaat seolah waktu berhenti, aku tak tahu apa yang harus kulakukan, sampai akhirmya suara Joon menyadarkanku. “Yak! Noona, mengapa hanya diam, ayo kita kejar Hyuna, dia tidak memakai mantel dan tidak menggunakan kendaraan apapun, bagaimanapun dia wanita, tidak baik membiarkannya jalan sendirian di tengah malam begini”

Aku melirik jam tangan ditangan kiriku, benar sekarang sudah jam 11 malam “Kajja Joon, pakai sekutermu agar lebih fleksibel” Ucapku kemudian. Doojoon segera melepas celemek, dan berjalan keluar, aku mengikutinya. Tanpa mengunci caffe, aku membalik tulisan di depan pintu kaca caffe dengan ‘close’.

Aku melihatnya, melihat gadis yang sedang rapuh itu, berdiri di depan pagar rumahku. Aku dan Doojoon berfikir lebih baik memperhatikannya dari jauh. Sesekali dia memeluk dirinya sendiri saat angin musim gugur berhembus. Kasihan. Sudah hampir 15 menit, tak ada tanda Hyuna akan masuk. Namun aku salah, dia membuka pagar rumahku, dan berjalan tergesa, sampai akhirnya dia bertemu dengan Abeoji.

Aku melihatnya membungkuk memberi salam.

Wajah Abeoji terlihat bingung dengan Hyuna yang tidak berbicara setalah memberikan salam. Aku tahu keberanian Hyuna sedang di uji saat ini, karena walau dia telah menjalin hubungan lama dengan Hyunseung dia belum pernah di kenalkan langsung pada Abeoji. Dan mirisnya dia harus menghadapi Abeoji disaat seperti ini.

“Annyeong Abeoji, Kim Hyuna imnida” aku mendengar, aku mendengar suara Hyuna yang bergetar.

“Ada apa Hyuna-a?” Yaa walaupun Abeoji tidak pernah di kenalkan langsung oleh Hyunseung, tapi Abeoji tahu gadis cantik di hadapannya sekarang adalah Hyuna, kekasih anak laki-lakinya.

“Apakah Hyunseung sudah pulang?” Suara Hyuna terdengar tenang, aku berani bertaruh saat ini, dia sedang mati-matian menahan tangisannya.

“Tadi dia sempat pulang untuk mengambil itu” jawab Abeoji sambil menunjuk paper bag yang di jinjing Hyuna “Kemudian pergi lagi”

“Ahh,” Jawab Hyuna. Aku tahu ada perasaan kecewa di jawabannya. “Abeoji, bisakah aku meminta tolong untuk mengembalikan ini pada Hyunseung?” Aku memohon pada Tuhan agar Abeoji tidak menerimanya.

“Maaf nak, aku tidak bisa, kau harus memberikannya langsung, apa yang terjadi? Kalian bertengkar?”

Bahu Hyuna terlihat sedikit bergetar, mungkin hanya sampai sini pertahanan Hyuna, “Tidak apa apa Abeoji, terimakasih, tolong sampaikan pada Hyunseung bahwa aku mencarinya, saat dia pulang nanti, sekali lagi terimakasih” Ucap Hyuna sambil membungkuk dan membalikan badannya.

Aku melihat tatapan prihatin dari Abeoji, bagaimanapun ini kali pertama ada wanita yang datang padanya langsung untuk menanyakan anak laki-lakinya. Abeoji menutup pintu, dan Hyuna semakin dekat berjalan kearah kami, tangan kirinya menutup mulutnya guna menahan isakannya, sedang tangan kanannya masih setia menjinjing paper bag itu.

“Kajja Joon, kita kembali ke caffe” ntah kenapa feelingku berkata bahwa Hyuna akan kesana.

Benar saja, setelah 5 menit aku menghempaskan badanku di salah satu kursi caffe, pintu caffe itu terbuka lagi, dan membawa masuk seorang gadis yang hampir terlihat seperti mayat hidup. Wajahnya yang putih, semakin terlihat putih, aku yakin itu adalah efek dari rasa dingin yang pasti menyerangnya. Aku sungguh tak tahu apa yang harus ku lakukan saat ini.

Bruk…

Badannya ambruk dan terduduk di lantai caffe yang dingin, aku berlari untuk mendekatinya. “Kenapa, kenapa dia begitu egois hingga tidak ingin mendengar penjelasanku dulu, hhhhhhh, kenapa dia begitu lemah hingga mengembalikan semua kado milikku lewat orang lain? Kenapa hah?” Tangis Hyuna pecah, aku dapat merasakan rasa menderita yang dia rasakan saat ini. “Kenapa eonni? Huaaahhhh” dia menundukan wajahnya.

“Hyuna-a, kau terlihat lelah, kembalilah kerumah, aku yang akan membujuk Hyunseung.” Aku mengusap lembut surai kecoklatannya.

“Tidak eonni, aku akan menunggunya sampai dia datang dan menemuiku disini” jawabnya sambil menggelengkan kepalanya dengan tegas.

“Pulanglah Hyuna-a, aku takut kau akan sakit, jika kau sakit, kau malah tidak akan bertemu dengan Hyunseung.” Ucapku sambil membantunya berdiri.

“Eonni, eottokhae? Apa yang harus ku lakukan? Tidakah Hyunseung tau bagaimana aku menyayanginya, tidakkan Hyunseung tau apa yang aku lakukan saat kutahu dia tidak ada dirumah? Oppa, kau jahat, benar benar jahat!” tangis Hyuna semakin menjadi.

Doojoon menghampiri kami. “Hyuna–a istirahatlah dirumah, biar Jiyoon noona yang bicara pada si bodoh Hyunseung itu, kau kan besok kerja, lebih baik kau pulang ne?” Aku sedikit terenyuh melihat sisi lembut dari Doojoon.

Hyuna mengangguk perlahan, sambil menghapus segala air matanya. Aku dan Doojoon mengiring Hyuna keluar dari caffe, dan mengantarnya hingga dia menaiki taksi yang di pesan Doojoon beberapa saat lalu.

“Beristirahatlah Hyuna-a” Aku memeluk gadis yang hampir menjadi adik iparku itu. “Terimakasih eonni” Aku menutup pintu taksi itu, taksi berjalan perlahan sampai akhirnya hilang dari pandanganku.

Aku kembali ke caffe. “Apa yang sebenarnya terjadi Jang Hyunseung?” Tanyaku. Aku tahu Hyunseung sudah berada di belakang pintu yang memisahkan dapur dengan ruang caffe sedari tadi, sebelum aku dan Doojoon sampai dicaffe, karena aku mendengar isakannya yang nyaris hilang dengan suara isakan Hyuna yang lebih besar.

Dia menunjukan wajahnya yang tak kalah berantakan dari Hyuna “Aku sangat menyayanginya noona, tapi ini tak bisa di teruskan lagi”

Air mataku menetes melihat adik laki-laki ku menangis. Ini pertama kali aku melihatnya se menyedihkan ini, saat dulu dia di tinggal Jihyun menikah dia tidak sekacau ini. “Apa yang terjadi sebenarnya Hyunseung -a?”

Blank (Chaptered) || Teaser

pizap.com14265868722811

Blank

tell me now, where is my fault, in loving you with my whole heart

-Hyuna

i’m still loving you, until Lord take my breath

-Hyunseung

Ini, bukan kisahku. Aku hanya orang ke 3 diantara mereka, ohh tolong, jangan berfikiran aku ini seorang gadis yang merebut pria gadis lain. Cerita yang lebih tragis dari Romeo Juliet.

-Jiyoon

Pink Coat

DSC_0291

Pink Coat

author: JSHades

All Of Junhyung POV

Aku menghitung mengangkat jari tanganku. 10 hari, ya sudah 10 hari aku disini di café milik temanku, di jam yang sama di tempat duduk yang aku usahakan sama, dengan menu yang sama, dan dengan focus lensa mataku yang masih sama.

Gadis dengan coat berwarna pink dan rambut blonde yang sangat serasi dengat manik mata abu-abu terang miliknya, yang aku lihat di hari pertama aku melihatnya di café ini, namun setelahnya dia mengenakan kaca mata hitam .

Tak jauh berbeda denganku, menu makanan yang tersaji di mejanya selalu sama seperti selama 10 hari aku melihatnya disini –cheese cake. Sesekali iya merapatkan coatnya, menyesap isi cangkirnya –yang ntah kenapa aku yakini berisi espresso, terlihat dari mimic wajahnya setelah menelan isi cangkirnya, kemudian terpaku lagi di tempat duduknya. Aku selalu menebak kemana manik mata indah itu memandang, dengan sedikit harapan dia memandangku, karena walau berbeda meja kami dapat melihat satu sama lain dengan jelas tanpa mengubah posisi. Karena dia berada di posisi jam 11 jam tanganku.

Doojon –sahabatku, selalu menghela nafas, kala aku benar benar terfokus oleh bibir merah delima milik gadis yang samapai detik ini tidak ku ketahui namaya. Dan Doojon akan selalu menjadi orang yang lebih bawel dari ibuku, dan akan menyuruhku, “Kau kan laki-laki kenapa tidak kau datangi dan ajak kenalan” benarkan? Baru saja aku membicarakannya dia sudah mengatakan kalimat yang sudah sangat ku hapal sejak 10 hari yang lalu.

“Kau terlalu berisik Doojoon-a, dia terlalu anggun, aku yakin dia bukan wanita yang mudah untuk di ajak berkenalan” jawaban yang sama juga seperti sebelumnya, kemudian aku menyeruput mochalatte ku, di ikuti dengan Doojoon yang akan menyuapkan tiramisyunya.

Aku mungkin sudah gila, aku bahkan tidak mengatahui namanya, tapi aku sampai memimpikannya. Aku melihatnya melakukan pergerakan yang cukup signifikan, dia mengeluarkan ponsel berwarna marun dari kantong coatnya, menggerakan jemarinya di atas layar, kemudia diam, dan berakhir dengan expressi yang menggemaskan –mengerucutkan bibirnya.

Aaahhh aku tidak tahan, aku bangkit dari tempat dudukku, dan berjalan ke arahnya. Aku yakin mata Doojoon saat ini mengekor pergerakanku sampai di meja, dan kemudian tersenyum dengan arti ‘itu baru laki-laki’ basi.

Aku melihatnya mendongak, saat aku berdiri tepat di hadapannya, aku yakin dia kini menatapku, karena ketika aku duduk di bangku di hadapannya, aku melihat dia ikut menurunkan wajahnya.

“Ne?…” tanyanya, sambil membuka kaca mata hitamnya.

Oh Tuhan makhluk apa yang ada di hadapanku ini? Bidadarikah?

Aku menyadarkan diriku, kemudian berdehem sesaat, untuk mengembalikan image cool yang aku yakin baru saja hilang karena terpaku kecantikannya.

“Aku Juhyung…”

Ucapku sambil menyodorkan tanganku, sebenarnya aku merasa risau dia tidak mengelurkan tanganya dan menolak perkenalanku mentah-mentah.

“Hyuna…”

ucapnya sambil tersenyum manis, dan kurasakan tangan halusnya kini ada di genggamanku.

Aku melepaskan peraduan tangan kami, duduk, dan menghela nafas perlahan, menetralkan perasaan meluap luap di bagian perutku,

“Jadi Hyuna-ssi…” aku mencoba memulai percakapan. “Aku sudah melihatmu selama 10 hari belakangan ini di sini, dengan sesuatu yang tidak berubah, umh maksudku, coatmu, pesananmu, dan posisi dudukmu, yang berubah hanya kau menggunakan kaca mata hitam di hari ke dua mu hingga saat ini, apa yang kau lakukan?”

Dia tersenyum lembut mendengar pertanyaanku, kemudian meminum lagi isi cangkirnya. Bingo aku benarkan itu adalah espresso –terlihat dari warnanya. Kemudian terkekeh pelan.

“Pertama panggil aku Hyuna, dan aku akan memanggilmu oppa, kedua jawaban dari pertanyaanmu adalah hal yang sama dengan hal yang kau lakukan kepadaku” ucapnya ringan sambil menyandarkan badannya di sofa empuk milik café itu.

“Ne…? maksudmu?” aku mengerutkan keningku.

“Aku memperhatikanmu Junhyung oppa”

Dia tertawa renyah, dan itu terdengar sangat menyejukan hatiku.

“Jadi…?”

“Kita melakukan hal yang sama” sambungnya.

~Fin~

Songfic || Another 12:30

 

Screen-Shot-2014-11-22-at-9.16.46-AM-800x450

 

Author: AthenaKhyunawh

Editor: DarkAngel

Cast: Hyuna – Hyunsung and other cast (You can find them).
Genre: Hurt, Songfict.Rated: PG

10:30

From: Lovely ❤

Dear, aku sedang dalam perjalanan ke apartment mu, tunggu aku yaa.

Hyuna tersenyum kecut melihat pesan yang baru saja masuk ke smartphone merah di tangannya. “Dengan entengnya dia berucap, layaknya tak ada dosa, cih” Hyuna membanting smartphonenya ke Kasur kesayangannya. Dia terduduk di depan meja rias, menatap pantulan dirinya di cermin itu. Tetap seperti biasanya, cantik dan biasanya, namun ada yang berbeda kali ini, tatapan mata dari gadis itu kosong.

 

Flashback, 4 days before.

“Sohyun-a kajja~” ucap Hyuna manja sambil menarik tangan Sohyun sepupunya.

“Aishh ya eonni~ sabar sebentar” Keluh Sohyun sambil membetulkan letak topi hangat di kepalanya. Sore ini mereka merencanakan untuk pergi melancong sekedar menikmati angin musim gugur di tepian sungai Han.

“Kau yang bawa mobil ya Sohyun-a” Hyuna meminta kepada Sohyun dengan mimik yang luar biasa imut, hingga tak akan ada yang mampu menolak permintaannya.

“Aish, iya eonni-a, arraseo” Senyum Sohyun di buat-buat

“Hahaha” tawa renyah Hyuna terdengar menyentuh gendang telinga Sohyun, membuat gadis yang lebih muda 3 tahun darinya itu menampakan senyum tulus di wajahnya.

Selama perjalan Hyuna banyak berceloteh riang, tidak seperti Hyuna yang sedang sedih karena kekasihnya bahkan melupakan ulang tahunnya tepat seminggu yang lalu, dan tanpa kabar menghilang selama 2 minggu.

“Ahh aku ingin makan jajanan pinggir jalan, aku tidak sabar sungguh…~”

“Eonni…” potong Sohyun dengan nada yang cukup serius.

“Hmm?” Hyuna menoleh meperhatikan Sohyun yang memanggilnya tanpa menghilangkan focusnya pada jalanan yang mereka lalui.

“Bagaimana kabar Hyunseung oppa?” Tanya Sohyun datar.

Hening. Sohyun menunggu Hyuna menjawab, namun terlalu lama Sohyun menunggu hingga akhirnya dia memutuskan mengalihkan sebentar pandangannya kepada Hyuna yang duduk di samping kursi kemudinya. “Eonni? Gwaenchana?” Tanya Sohyun khawatir.

“Hmm…?”

“Maaf kalo pertanyaanku terlalu lan…”

“Gwaenchana…” Potong Hyuna cepat sambil tersenyum manis membuat matanya yang besar menyipit. “Aku sudah membuat keputusan pagi ini Sohyun-a, aku sudah mengirim pesan kepada Hyunseung oppa, aku lelah aku ingin bahagia, jadi aku melepaskannya” Ujar Hyuna dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya.

Sohyun tau itu pilihan berat untuk Hyuna, memutuskan Hyunseung yang selama ini membangun mimpi indah bersamanya dan membuatnya melupakan Junhyung –mantan tunangan Hyuna. Tapi ini memang jalan terbaik untuk Hyuna. Sejujurnya hatinya selalu teriris tiap kali air mata itu mengalir di pipi Eonni kesayangannya hanya karena Hyunseung yang mencampakannya 2 minggu sudah. Sebenarnya 2 bulan yang lalu hubungan mereka memang nyaris kandas, karena Hyuna memergoki Hyunseung mempunyai kekasih lain di luar kota, namun saat dia pergi Hyunseung kembali mengejarnya dan membuatnya memafkan Hyunseung, dan kembali menjalin hubungan.

“Kau pasti bahagia eonni” Tenang Sohyun sambil mengusap punggung tangan Hyuna yang berada di pahanya. Hyuna tak bergeming, matanya menatap lurus jalan raya yang cukup padat di Seoul.

“Lalu bagaimana? Ku dengar kau memberikan kado kepada Junhyung~” ucap Sohyun mencoba mencairkan suasana. Sohyun sangat tau, Junhyung adalah moodbooster paling baik untuk eonninya itu, walaupun terlalu dingin, tapi Hyuna tak pernah berhenti megaggumi semua yang ada di dalam diri Junhyung walau hatinya sudah berpaling kepada Hyunseung.

“Ahh nee~” Senyum terang itu terlihat lagi di wajah

Hyuna. “Sohyun-a aku benar benar sebal, dia hanya mengucapkan terimakasih huhuhu” dan selanjutnya percakapan mereka bertambah seru dengan tema Junhyung.

Perjalan pulang pelancongan mereka.

“Bagaimana kalau kita berputar Sohyun-a, tidak buruk juga jika kita melintas jalan Gangnam?”

“Ahh geurae eonni, aku juga berfikiran seperti itu sebenarnya”

“So…. Lets goo~” ucap mereka bersamaan.

Mereka tak henti hentinya mengobrol hal yang tidak penting, terkadang diselingi tawa keduanya dan candaan candaan yang membuat mobil itu terasa lebih hangat di teng ban dinginnya perpindahan musim gugur ke musim dingin.

Sebuah lampu merah menghentikan mobil yang di tumpangi Sohyun dan Hyuna. Mereka masih setia mendendangkan lagu yang sedang terdengar di mp3 player mobil tersebut, sampai akhirnya Hyuna terdiam dan menginterupsi Sohyun untuk ikut terdiam. Retina Hyuna menangkap sosok yang sedang dia rindukan tengah satu mobil dengan Jihyun dan bercanda dan tertawa, yaa tertawa, tawa yang tak pernah Hyuna liat lagi semenjak 3 bulan yang lalu.

Hyuna keluar dari mobil, bergerak menyambangi pintu kemudi dan mebukakan pintu. “Keluar, aku akan membawanya, masuklah dan duduk tenang di kursi sebelah” ucap Hyuna datar. Tanpa keluar dari mobil, Sohyun yang mengerti maksud Hyuna langsung menggeser dan menduduk kursi yang sebelumnya di tempati Hyuna.

Hyuna memutar mobilnya, menginjak dalam dalam pedal gasnya mencoba mengejar mobil Alto hitam kepunyaan Hyunseung. Hatinya kacau. Tentu saja, kekasih yang selama ini di tunggu kabarnya, bahkan tidak membalas pesan ucapan selamat tinggal yang dikirim Hyuna tadi pagi, dan sore harinya dia malah memergoki kekasihnya, oh bukan lagi, mantan kekasihnya bersama seorang wanita yang Hyuna kenal dengan jelas dia adalah “Mantan Terindah” Hyunseung yang hilang 2 tahun yang lalu, dan salah satu senior dekat Hyuna di kampus dulu.

Bingo. Mobil itu sudah terlihat jelas di depan Hyuna. Sampai akhirnya di sebuah jalanan yang sepi Hyuna dengan berani memotong laju mobil Hyunseung.

Ckiiittttt…

“Hhhh~” Hyuna menarik nafas berat, sebelum akhirnya dia keluar dari mobilnya. Dia berjalan cukup tenang menghampiri pintu mobil kemudi Hyunseung. Jemari lentiknya mengetuk pelan kaca pintu mobil Hyunseung. Terlihat wajah dingin Hyunseung membuka kaca mobil itu.

“Apa apaan ini?” Tanya Hyunseung dingin.

“Hanya ingin menyapa saja oppa” Ucap Hyuna mencoba tenang dan tersenyum, “Anyeong Jihyun eonni” sapanya hangat kepada wanita di samping Hyunseung yang terus menatap wajah Hyuna dan Hyunseung bergantian. “Gwaenchanayo oppa-a, cukhae” Ucap Hyuna tenang dan lembut, sangat lembut.

Setelah itu Hyuna kembali ke mobilnya. Memutar mobilnya membawanya menuju rumah. Sepanjang jalan Sohyun tak berani mengusik kediaman Hyuna. “Aku baik-baik saja Sohyun-a tak perlu mengkhawatirkan ku seperti itu” Ucap Hyuna menjawab kegelisahan adik sepupunya, sambil menoleh tersenyum, untuk meyakinkan Sohyun dia baik baik saja.

Semenjak hari itu, Hyuna tidak pernah lagi menghubungi Hyunseung begitupun sebaliknya. Hyuna menjadi pribadi yang tertutup dan dingin, tak ada lagi Hyuna yang manis dan hangat.

Off~

 

10:45

Hyuna merasa sangat sesak mengingat kejadian sore itu. Tadi siang saat jam istirahat makan siang Hyuna menerima pesan dari Hyunseung hanya dengan satu kata, dan sedikit menggoyahkan pertahanan Hyuna “Bogoshiposeoyo”. Dan berakhir dengan rencana Hyunseung yang ingin menginap di apartment Hyuna malam ini.

“Ini terakhir kalinya Hyuna, kau harus berjanji” Ucapnya pada dirinya sendiri.

 

11:25

“Tok…Tok…Tok…” Hyuna berdiri, dia tau Hyunseungnya telah tiba, oh masih pantaskah dia menyebut Hyunseung miliknya, Hyuna tersenyum geli memikirkan hal itu.

Klick…

Pintu apartment Hyuna terbuka, menampakan wajah yang sebenarnya sangat dia rindukan namun rasa sakit mengalahkan segala niatannya untuk menyambut laki-laki itu dengan pelukan hangat dari Hyuna.

“Oppa waseo?” Tanya Hyuna dengan senyum tipisnya.

“Tentu saja, tidak ingin memelukku?” Tanya Hyunseung sambil merentangkan tangannya.

“Oppa ayo masuk,” ucap Hyuna berjalan memasuki apartmenya, meninggalkan Hyunseung yang berdiri di depan pintu, sambil menatap sedih punggung Hyuna. ‘Mianhae’ batin Hyunseung.

Hyuna membuka kulkas mini di sudut apartemennya.

Menuangkan sirup dengan perasa Strawberry kesukaanya, “Igeo” ucanya sambil menyerahkan gelas berisi sirup itu kepada Hyunseung.

Hyunseung tersenyum menerima gelas itu dari tangan Hyuna, kemudian Hyuna duduk tepat di sebelah Hyunseung. Hyunseung menaruh gelasnya di nakas tepat di samping sofa yang mereka tempati. Kemudian lengan kokohnya memeluk Hyuna dari samping, dan meletakan dagunya menopang pada bahu Hyuna, memejamkan matanya dan menghirup aroma Vanila yang selalu menguar dari feromon Hyuna.

“Aku sangat merindukanmu Hyuna-a” Ucap Hyunseung tanpa bergeming dari posisinya semula. Hyuna dengan lembut mengusap punggung tangan Hyunseung yang berada di pinggangnya “Aku juga oppa” ucap Hyuna nyaris berbisik.

Hyunseung mengecup manis lekukan leher Hyuna. Dan memindahkan Hyuna menjadi berada di pangkuannya. “Sudah berapa lama kita tidak sedekat ini?”

“Hmm~ sebulan?” ucap Hyuna menerka-nerka.

“Ahh lama sekali berarti yaa baby~” Hyunseung menggesekkan ujung hidungnya pada bahu Hyuna.

Hyuna tersenyum melihat kelakuan manja mantan kekasihnya, senyum manis yang menyiratkan campur aduk perasaannya. Hyuna menoleh, melihat Hyunseung memjamkan matanya tenang di bahu Hyuna, tangan mungil Hyuna bergerak membelai rambut Hyunseung.

“Oppa kalau oppa lelah karena bekerja tidurlah di kamarku” ucap Hyuna sambil membelai pipi Hyunseung.

“Ide bagus” Jawab Hyunseung spontan sambil membopong Hyuna masuk kekamarnya.

Hyunseung membaringkan dirinya di Kasur yang sudah tidak asing lagi untuk dia tiduri. Menepuk-nepuk Kasur di sebelahnya memberikan signal untuk Hyuna berbaring di sebelahnya, berharap sebentar lagi dia akan mendapatkan pelukan hangat dari Hyunanya yang sudah sangat dia rindukan.

Hyuna berbaring di sebelah Hyunseung, membenamkan wajahnya di dada Hyunseung dan memeluk laki-laki itu cukup erat. Beberapa menit kemudian terdengar dengkuran halus dari bibir Hyunseung, Hyuna menatap jam dinding kamarnya.

 

11:40

“Hhhhh~” kesekian kalinya Hyuna menahan nafas berat. Dia melepaskan pelukannya dari tubuh Hyunseung tanpa menimbulkan suara, dan terduduk di sisi tempat tidur lain membelakangi Hyunseung.

Hyunseung merasa aneh karena indra penciumannya tidak lagi menangkap aroma vanilla dari tubuh Hyuna. Dia mengerutkan keningnya, mencoba membuka matanya. Dia menemukan Hyuna terduduk di tepi Kasur membelakanginya. Pundak Hyuna bergerak beriringan bersama hembusan nafasnya. Hyunseung menatap pedih punggung wanita yang menemaninya selama ini. ‘Aku menyakitimu lagi bukan? Apa yang harus aku lakukan setelah ini, sejujurnya aku tidak suka melihatmu menangis, tapi aku tidak bisa mengontrol diriku sendiri, Hyuna-a jeongmal mianhae’ batin Hyunseung.

Hyuna menyadari seseorang memperhatikannya dari belakang, dia menoleh dan tersenyum sangat lembut, senyum yang menyiratkan semua lukanya. Hyunseung terpaku melihat senyum itu, dia tau gadis yang duduk di hadapannya ini tengah terluka karena dirinya. Hyunseung membalas senyum itu dan hendak menyambangi Hyuna, namun sebelum itu Hyuna bergegas bangun dan berpidah ke bangku riasnya.

Dia tengah menyibukan diri dengan pelembab yang iya oleskan ke wajahnya, Hyunseung lagi-lagi hanya mampu menatap pedih punggung Hyuna yang membelakanginya, dia kemudian merubah posisinya menjadi terduduk menghadap ke arah nakas di samping tempat tidur Hyuna, mengambil sebuah arloji berwarna emas yang tergeletak di nakas, membukanya dan memperhatikan bentuknya. Bukan, Hyunseung bukan sedang mengenali benda yang berada di genggamannya, tapi mencoba menggali memori dengan benda itu.

Arloji itu terbuka, dia ingat bagaimana Hyuna memberikannya dulu kepadanya sebagai “Jimat” agar dia mendapatkan pekerjaan dengan mudah. Mungkin kalian bertanya, jika itu di berikan Hyuna untuk Hyunseung tapi kenapa Arloji itu berada di kamar Hyuna. Jawabannya adalah pertengkaran terakhir mereka sebelum hari ini membuat Hyunseung mengembalikan benda itu.

“Wae oppa? Kau masih menyukainya? Bawalah kembali benda itu bersamamu.” Ucap Hyuna sambil menolehkan kepalanya menghadap Hyunseung.

“Hmm? Ne, akan aku bawa kembali Jimat ini pulang kerumahku, agar bidadariku selalu melindungiku” jawab Hyunseung sambil tersenyum dan berharap membuat Hyuna nyaman dengan senyumnya lagi. Hyunseung berdiri hendak menghampiri Hyuna, Hyuna yang melihat itu langsung berbalik dan duduk di meja ria, sambil memasang senyum polosnya.

Hyunseung bediri di depannya dan hendak merengkuh tubuh mungil Hyuna. Grep. Hyuna kini berada dalam pelukan Hyunseung, namun dia mencoba melepaskan pelukan itu. “Oppa, aku tidak nyaman” ucapnya sambil melepaskan rengkuhan Hyunseung.

Hyunseung membeku. Dia kehilangan sabar pada gadis di hadapannya, meletakan arloji di meja rias tepat sebelah Hyuna, menyilangkan tangannya dan menatap Hyuna tajam. Biasanya Hyuna akan menunduk jika Hyunseung sudah bersikap seperti itu, namun kali ini Hyuna berbalik menatap kosong tepat di mata

Hyunseung. “Ada apa dengan Hyuna ku?” Ucap Hyunseung perlahan, menahan segala emosi yang memuncak yang dia miliki untuk gadis di hadapannya ini.

“Hyuna mu? Hyuna mu sudah mati 4 hari yang lalu” Jawab Hyuna nyaris berbisik.

Hyunseung tersentak mendengar jawaban yang cukup berani dari Hyuna. “Apa maksudmu Kim Hyuna?” Ucapnya menaikan nada bicaranya 1 oktaf.

“Bukankah sudah jelas Hyunamu sudah MATI JANG HYUNSEUNG!!?” balas Hyuna lagi dengan penekanan di akhir kalimatnya.

Hyunseung mengepalkan tangannya, dan menarik nafas dalam mencoba menetralisir darahnya yang mulai naik. “Kau masih marah padaku?” Tanya Hyunseung dengan suara perlahan, mencoba mengetuk hati Hyuna yang mungkin sudah tertutup untuknya.

“Aku tidak marah” jawab Hyuna sambil mengalihkan pandangannya. “Untuk apa aku marah? Karena kau kembali dengan Jihyun? Atau karena kau menghianati ku untuk yang kedua kali?” Tanya Hyuna dengan mata yang kembali menusuk Hyunseung, seolah dia menantang. Belum sempat Hyunseung menjawab, Hyuna sudah kembali membuka mulutnya “Aku fikir kita sekarang hanya sebatas mantan kekasih, jadi tolong hargailah privasiku OPPA, ohh ani, Jang Hyunseung-ssi, bukankah kau berbicara seperti itu pada semua sahabatmu? Hmm? Kau bilang pada Dongwoon oppa dan Doojoon oppa kalau kita berakhir sejak lama kan? Baiklah anggap saja seperti itu sekarang, selesai?”

Hyuna hendak berjalan menjauh, namun tangan Hyunseung menahan bahunya “Aku bahkan belum menjawab pertanyaanmu Nona Kim!” tatap Hyunseung tak kalah tajam.

“Tidak perlu, aku sudah tau jawabannya, dan ini sudah berlalu, benarkan?” jawab Hyuna cuek, sambil melepaskan tangan Hyunseung di bahunya.

“AKU BELUM SEMPAT BICARA KIM HYUNA” bentak Hyunseung sambil mendorong bahu. Hyuna hingga Hyuna bersandar pada meja rias.

“AKU TELAH BERFIKIR SEMUA SUDAH SELESAI JANG HYUNSEUNG, SEMUA SUDAH SELESAI SEJAK KAU TAK PERNAH MENYAPAKU, DAN SEMUA DI BENARKAN DENGAN KAU KEMBALI BERSAMA KEKASIH LAMA MU ITU!” balas Hyuna tak kalah sengit kemudian melepar arloji yang berada di sampingnya, dan membuat pandangan Hyunseung mengikuti jatuhnya arloji itu, kesempatan itu di gunakan Hyuna untuk berjalan melewati Hyunseung, “Dan, ku harap kau menghargai keputusanku Hyunseung-ssi” tambahnya saat dia berada tepat di belakang Hyunseung.

“Kau sudah tidak menghargaiku lagi nona Kim” Hyunseung membalikan badan Hyuna.

“APA KATAMU?! MENGHARGAI? OH HAHAHA BERHENTI LAH BERCANDA, PERNAH KAH KAU HARGAI SEDIKIT PERASAAN KU HYUNSEUNG-SSI” Hyuna mati-matian menahan air matanya.

Hyunseung terbakar emosi, dia mendorong Hyuna hingga terjerembab ke tempat tidur gadis itu. “BERHENTILAH BERBICARA JALANG! IZINKAN AKU MENJELASKAN!”

Prang… Figura yang berada di samping nakas tepat tidur Hyuna terlonjak jatuh dan pecah, akibat dorongan tempat tidur yang menempel dengan nakas itu terlalu kuat.

Gadis itu diam. Menahan rasa sakit yang ada. Fikirannya melayang ke saat-saat dimana Hyunseungnya menghianatinya. Ketika dia sedang terlalu menyayangi Hyunseung dan Hyunseung memiliki kekasih selain dia, ketika mata Hyuna menemukan kata “sayang” dalam handphone Hyunseung yang tidak tertuju untuk dirinya, atau ketika Hyuna menemukan kenyataan Hyunseung kembali bersama Jihyun.

“AKU DAN JIHYUN TIDAK PERNAH KEMBALI”

Hyuna tertawa dalam hati, tertawa miris. Dia masih ingat betul setelah peristiwa itu, Hyuna menelfon Hyunseung, dan dengan jelas Hyunseung mengungkapkan jika dia sudah lama kembali menjalin hubungan bersama Jihyun. Air mata Hyuna menetes.

“PERCAYALAH AKU MENCINTAIMU HYUNA” Hyunseung memijat keningnya yang terasa berputar.

‘Cinta? Oh ayolah, aku sudah mati rasa dengan itu’ Air mata Hyuna menetes kedua kalinya.

“Hyuna bicaralah!” ucap Hyunseung sambil mendekati Hyuna, “Maafkan aku Hyuna” pinta Hyunseung sambil mengusap lembut kepala Hyuna, namun Hyuna tak bergeming.

Hyunseung berjalan ke arah Figura yang sudah hancur, meletakannya kembali di atas nakas, meski tanpa kaca. Dia tersenyum sesaat melihat isi dari figura itu, dirinyadan Hyuna yang sedang ber-selca ria dengan senyum Hyuna yang selalu Hyunseung suka. Kemudian berjalan ke arah arloji yang terbuka akibat bantingan Hyuna.

12:30

 

Hyuna masih tak bergeming dari tempatnya, namun matanya tak terpejam. Hyunseung terduduk di samping tempat tidur Hyuna dan mengenggam tangan Hyuna yang bebas, dengan rasa penyesalan yang amat sangat karena telah menyakiti gadis yang selama ini membatunya untuk bangkit dari keterpurukan. Air mata Hyunseung meleleh untuk yang pertama kalinya, melihat gadis yang biasa cerewet dan bermanja-manja kepadanya di ruangan ini, terdiam, menatap kosong kedepan.

Hyunseung menggenggam tangan bebas Hyuna, namun tetap tak ada respon. Hyuna sudah berbeda, Hyuna sudah mati, cintanya sudah beku.

 

Sekarang, kita seperti jarum jam yang menunjukkan 12: 30
Punggung kita berbalik berlawanan arah satu sama lain, mencari di tempat yang berbeda, perihal akan membuang segalanya
Sekarang, kita seperti jarum jam yang menunjukkan 12: 30
Kita kembali berjalan ke tempat semula yang tidak pernah akan kita dapatkan kembali

-Hyuna-

 

Aku percaya jam yang rusak akan bergerak lagi.

-Hyunseung-

Attention!!!

Yaa berhubung wordpress ini new, jadi ayo kita buat pengenalan tentang wordpress ini~

Pertama wordpress ini akan di isi oleh beberapa Author dengan gaya yang berbeda, dan yaa kalian akan menemukan ciri khas masing masing dari setiap fanfiction yang ada setelah kalian mengikuti blog ini.

okay langsung aja ~~`

  • Athena Khyunawh
  • Dark Angel
  • JSHades
  • Kkwonsso

jika nanti ada fanfiction yang di protec bisa langsung mention aja ke @TsaraRizqiy_ atau ke FB kami Tsara Rizqiy~ tapi seperti biasa dengan syaat menyertakan uname kalian di kolom komentar setiap fanfiction ini okay ^^

salam hangat dan selamat menikmati ^^

My Hyun Ah

Hyuna siapa si yang ga kenal si cewek dengan image sexy ini? walaupun bukan pencinta kpop pasti tau JLo dari korea ini. lahir dengan tahun yang sama dengan ku, membuatku semakin menganggapnya kembaranku hahaha /ga. next dia sebenernya cewek naif yang hanya mengikuti tuntutan keprofesionalitasan dalam bekerja, padahal gadis cengeng ini sebenernya ga mau berakting sexy.

Hyuna, Change, Bubble Pop, Ice Cream, TroubleMaker, whoaaaaaaa lagu mana lagi di setiap singlenya yang gagal? Queen of Dancing, Dancing God ohhh hell. aku mencintainya karena dia mencintai menari, dan ibunya. ahahaha aku sensitive soal ibu, maaf.

“My Mother Is The Hear, That Keep ME Alive” tatto yang menggambarkan ke cintaannya pada sang ibu, atau gambar salib di lengan kanannya yang menggambarkan kecintaannya pada Tuhan. dia munafik, karena tidak mengikuti dia Imut dan Childish. ahhh  penggambaran apa lagi yang dapat aku utarakan dengan kata kata jika menyangkut Hyuna. dia tidak cantik, tapi dia menarik dan mempunyai berjuta Charm yang membuat siapapun akan jatuh cinta dengannya dengan menatap mata berbinarnya.

Siapa yang pantas disandingkan dengannya? Hyunseung? Junhyung? Kris? atau siapapun itu laki-laki itu akan sangat beruntung, btw laki-laki yang aku sebeut terakhir adalah the most wanted boy in my live hahaha. hey! jangan salahkan aku jika aku memasangkan Hyuna dengan Kris, mereka almost perfect jika bersama, silahkan bayangkan.

Lalu apa lagi yang belum ku sebut? ahhh benar, ancamanku kepada siapapun yang berani mengganggu Hyunaku dengan kata-kata tajam mereka. baiklah itu saja selanyang pandang tentang Blog ini, jadi yaa selanjutnya kalian akan tau apa isi dari blog ini ^_^ enjoy reading ^_^

Find me on twitter @tsararizqiy_ atau facebook https://m.facebook.com/tsara.rizqiy

tumblr_mtjleePyy11qfwv5wo2_250 Continue reading My Hyun Ah

I'm is Hyuna addict this blog, i dedicated for My HyunAh